Medan – Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara kembali mengambil putusan tegas dengan melakukan evaluasi terhadap atlet binaan dan pelatih Pusat Pendidikan dan latihan Pelajar (PPLP).
Berdasarkan hasil evaluasi Dispora Sumut bersama konsultan PPLP dan UPT PPLP, memutuskan 12 atlet binaan yang berasal dari tiga cabang olahraga harus terdegradasi alias dicoret.
Ke 12 atlet, masing – masing tujuh atlet pencak silat yakni Hardiyanto, Adam Sukri Lubis, Muhammad Suep, RafanySevila Siregar, Dea Khairani Syahfitri, Adinda Nofitri, dan Ega Akia Fadila Ginting. Kemudian Wahyu Darma, M Agung Pradana, Adek Ramadhan, dan Dimas Fipaldi Atmaja (sepakbola), serta M Hidayat Nasution (Judo).
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumut H Baharuddin Siagian, 12 atlet yang terdegradasi dinilai tidak mampu menunjukkan peningkatan prestasi selama dibina di PPLP. Meski diakui Baharuddin dalam keputusan tersebut ada pihak yang merasa tidak puas, termasuk orang tua siswa.
“Untuk atlet kita lakukan punishment karena sejak awal dia disitu (PPLP) sampai evaluasi tidak ada peningkatan prestasi. Berdasarkan hasil evaluasi Dispora dengan konsultan dan UPT PPLP perlu pembenahan di sejumlah cabang olahraga. Kementerian pemuda dan olahraga juga menyarankan 3 pelatih sepakbola dan 3 atlet pencak silat dikeluarkan. Kalo ada yang keberatan tentu ada, tapi kita punya data. Selama mereka kita bina tidak ada peningkatan prestasi dan tidak ada progresnya,” ucap Baharuddin, Senin (7/1/2019).
Pemecatan atlet dikatakan Baharuddin tidak dilakukan secara sepihak. Putusan diambil berdasarkan hasil evaluasi dari kejuaraan yang mereka ikuti, mulai dari ajang Kejurnas, Popda Sumut, dan terakhir kali di Popwil Sumatera selama 2018. “Cara menyikapi adalah melihat prestasi anak – anak selama ini melalui Popdasu 2018 di Padangsidimpuan. Saya harapkan atlet PPLP tidak kalah karena mewakili Pengcab dan cabor. Tapi ternyata mereka cuma dapat dua medali. Terus kita bawa ke Popwil di Aceh pada tahun 2018. Dapat satu aja melalui Wulandari,” jelas Baharuddin.
Selain itu, terkait pemecatan atlet pelajar di cabang sepakbola dan pencak silat juga merupakan keputusan penuh dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) langsung. Dari 8 atlet pencak silat yang dibina, tiga orang mendapat evaluasi dari Kemenpora. Kemudian empat orang kembali dievaluasi oleh Dispora Sumut. Kemudian sepakbola dari total 22 orang, yang terdegradasi empat orang.
“ Evaluasi dari Kemenpora berdasarkan kematangan teknik, motivasi, dan kondisi fisik yang selama dua kali tes yang dilakukan Kemenpora tidak sesuai dengan standart. PPLP Sumut membina atlet yang punya talenta di cabor masing – masing. Atlet yang bisa membuat nama harum keluarga, Pemda, dan provinsi. Meski mereka tidak lagi di sini, harapan kita supaya bisa dibina di daerah melalui pengcab masing – masing,” harap Baharuddin.
Atas pemecatan tersebut, sejumlah orangtua atlet langsung mendatangi Kantor Dispora Sumut di Jalan Willem Iskandar Medan, Sementara Edi Waluyo yang merupakan ayah kandung dari pesilat putri Adinda Nofitri, tetap menghormati putusan tersebut.
“Sudah dapat solusi kalo biaya sekolah bagi yang sudah kelas tiga sampai tamat. Sebenarnya yang menjadi masalah bagi kita dari awal itu adalah pemberhentiannya tanpa ada pemberitahuan kan. Mau tak mau, karena itu kan putusan dari Kemenpora. Jadi kita mau buat apalagi kan? Yang penting kita udah terang gitu,” ucap Edy.
Meski ke tujuh atlet cabor pencak silat tidak lagi menjadi atlet binaan PPLP, pihak dispora juga masih tetap memfasilitasi asrama penginapan bagi mereka yang ingin tetap berlatih di PPLP meski tidak lagi mendapat uang transport. Pihak Dispora juga berjanji akan membantu pemindahan sekolah atlet yang masih duduk dibangku kelas satu dan dua.