Medan – Nama Suhendra Hadikuntono menjadi ‘buah bibir’. Itu karena kesiapannya untuk menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
“Saya siap menjadi kepala BIN dan menjalankan amanah dengan baik demi kepentingan masyarakat Indonesia dan demi kemajuan dan Perkembangan NKRI” ucap anak Medan ini menyahuti aspirasi berbagai kalangan tokoh masyarakat, pemuda maupun mahasiswa terkait jabatan Kepala BIN periode kedepannya di Medan, kemarin.
Suhendra yang tak diragukan lagi kemampuan intelijennya menyebutkan, kemunduran intelijen dapat berpengaruh atas perkembangan dan pertumbuhan suatu Negara. Untuk itu, dibutuhkan sosok yang menguasai kemampuan intelejen
“Intelijen yang baik dapat mencegah pertumbuhan dan perkembangan paham radikalisme atau deradikalisasi yang membuat Negara menjadi damai dan masyarakat juga merasa aman dan nyaman”, kata Ketua KPSN ini.
Beberapa tahun belakangan ini, Negara membutuhkan sosok pemimpin yang mempunyai intelijensi yang tinggi dalam memimpin BIN. Maju mundurnya suatu Negara sangat berpengaruh dari peranan intelijen. Selama ini BIN di pimpin dari kalangan institusi Polri atau TNI, kini saatnya BIN dipimpin oleh kalangan Sipil. Dalam hal ini, Presiden harus berani mengambil sikap. Dizaman era Presiden Soekarno, BIN pernah dipimpin dari kalangan sipil yaitu, Dr Soebandrio (1959-1965) dan Assad Ali
Ketika BIN dipimpin dari kalangan Polri, maka dia hanya mengenal yang namanya hukum pidana, dan ketika BIN dipimpin dari kalangan TNI, maka dia hanya memahami hukum humaniter. Yang namanya intelijensi, dia tidak tunduk kepada hukum pidana atau hukum humaniter, intelijensi tunduk kepada policey Pemerintah dalam hal ini presiden , yang seharusnya memimpin BIN adalah dari kalangan sipil.
Suhendra Hadikuntono siap untuk menempati jabatan itu, beliau juga adalah seorang pengamat intelijen senior juga mantan ketua tim pelanggaran HAM Indonesia -Vietnam & ketua Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN) selaku inisiator pemberantasan match fixing yang menghantarkan 17 Tsk ketua PSSI dan exco dimana hal tersebut belum pernah terjadi dibelahan dunia manapun
Suhendra adalah seorang sipil yang mempunyai intelijensi dan integritas yang tinggi yang layak menjabat sebagai Kepala BIN. Dari berbagai Ormas dan Organisasi Kelompok Pemuda (OKP) sangat mendukung Suhendra Hadikuntono menjadi Kepala BIN. Bahkan masyarakat dari Aceh dan Papua yang notabene adalah daerah konflik sangat mendukung beliau menjadi Kepala BIN. Mereka juga berharap agar Presiden RI Joko Widodo mengangkat Suhendra Hadikuntono menjadi kepala BIN
Tokoh-tokoh pemuda dan mahasiswa pun menginginkan Badan Intelijen Negara (BIN) kembali dipimpin oleh sipil sebagaimana pada era Bung Karno saat BIN dipimpin Dr Soebandrio (1959-1965) yang kemudian menjadi Menteri Luar Negeri.
“Sudah saatnya Kepala BIN dari sipil,” ujar Riyanto Ismail, mantan Ketua Umum DPP Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Gorontalo, dalam rilisnya.
“Saya yakin Pak Jokowi sepakat dengan supremasi sipil. Jangan semua lembaga dipimpin oleh figur polisi atau militer,” jelasnya.
Selama BIN dipimpin oleh tentara atau polisi, kata Riyanto, Indonesia tetap bergejolak, termasuk Papua. Untuk itu menurutnya kini saatnya sipil memimpin BIN.
Dikatakan Riyanto, pola pikir sipil memiliki perbedaan, sehingga dalam operasi intelijen akan lebih humanis, serta mengedepankan prosperity approach (pendekatan kesejahteraan) daripada security approach (pendekatan keamanan) yang selama ini terbukti gagal.
“Kalau Papua mau beres, salah satu simpulnya adalah Kepala BIN dari sipil,” tegasnya (malaon)