Medan – Duka menyelimuti dunia olahraga Sumatera Utara. Petinju yang kemudian beralih menjadi atlet kickboxer, Rico Lubis meninggal dunia di kediamannya di Jalan Tanggul Bongkar IX Gang Bersatu Medan, Minggu (2/6) sore.
Rico meninggal karena kesetrum listrik. Ia berpulang pada usia 28 tahun dan meninggalkan seorang istri.
Kabar tersebut dibenarkan Ayu Anggraini Hutabarat, rekannya sesama atlet. Menurut penuturuan Ayu, sebelum kejadian Rico Lubis sempat mengunjungi rekannya, German Hutagaol.
“Setelah dari rumah German, dia terkena hujan pas jalan pulang. Terus dia mau mandi karena kehujanan. Saat itulah dia kesetrum listrik ketika mau mencolokkan pompa air,” jelas Ayu.
Sempat dibawa ke rumah sakit, namun nyawa Rico ternyata sudah tidak tertolong lagi.
Rico Lubis sejatinya merupakan petinju andalan Sumut. Dia sempat berlaga di arena Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI di Bandung.
Namun dia kemudian hijrah menggeluti olahraga kickboxing dan bersiap menatap Kejuaraan Nasional (Kejurnas) II PP KBI di Bandung, Juli mendatang.
Kepergian Rico menyisakan duka mendalam, terutama di jajaran Kickboxing Indonesia (KBI) Sumut.
Ketua Umum KBI Sumut, Budiman, menyebutkan Rico Lubis merupakan atlet yang punya masa depan cerah. Talenta yang dimilikinya membuat dia tak kesulitan beradaptasi dengan cabang olahraga kickboxing, meski awalnya dikenal sebagai petinju.
“Pastinya terkejut dengan berita ini. Saya lagi di luar kota. Saya sendiri baru dapat kabar sore tadi dari Pak Poltak Simanjuntak. Pastinya KBI Sumut kehilangan Rico. Dia merupakan atlet terbaik yang kami punya, apalagi dia juga mau main di MMA,” kata Budiman.
Budiman mengaku ingat betul, tepatnya bulan lalu, Rico baru saja dihadiahi sepatu latihan baru.
“Sepatunya sudah rusak, jadi kami belikan yang baru supaya dia tetap maksimal latihannya. Komunikasi terakhir juga sama Rico, saya bilang agar dia tetap fokus dan berlatih biar bisa juara,” katanya.
Ucapan duka juga datang dari rekannya, German Hutagaol. Dia tak bisa menutupi kesedihannya atas kepergian sahabat karibnya itu. Kebersamaan selama delapan tahun, bagi German penuh dengan kenangan.
Mulai dari atlet, kemudian berlaga di PON hingga bekerja sebagai anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sejak tiga tahun lalu, mereka lalui bersama. Bahkan sebelum kejadian, keduanya sempat bertemu.
“Tadi jam 09.00 pagi kami masih jumpa. Dia datang ke Pospam penjagaan di Simpang Aksara untuk menemui saya. Ada satu jam dia di situ, kemudian dia pulang. Setelah itu saya tidak tahu, tidak ada tanda apa-apa. Barulah sore ini saya dapat kabar seperti ini,” kata German.