MEDAN – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Dr Ir HT Erry Nuradi MSi mengatakan hasil rapat Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Triwulan I, bahwa inflasi di Sumut pada 2017 yakni 3,2 persen lebih kecil dibandingkan nasional 3,61 persen, untuk year of year (YOY) selama setahun di 2017.
“Inflasi kita cukup terkendali di bawah, meski dibawah inflasi nasional, yakni 3,2 persen dari nasional 3,61 persen ,” ungkap Gubsu pada acara rapat TPID Provsu, Rabu (7/2) di ruang rapat BI Lantai 3 Jalan Balai Kota.
Hadir pada acara tersebut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut Arief Budi Santoso, Plt Sekdaprovsu Ibnu S Hutomo, serta sejumlah pejabat di jajaran Pemprovsu .
Disampaikan Gubsu, untuk 2018 bulan Januari inflasi berkisar 0,69 dan Februari deflasi – 0,89 dengan total selisih deflasi – 0,2. Sedangkan nasional Januari inflasi 0,62 dan Februari 0,17 naik 0,79 persen.
“Ada perbedaan 1 persen kita dibawah rata-rata nasional inflasinya, ini berkat dari kerjasama tim pengendali inflasi, “jelasnya.
Selain itu, kata Gubsu, untuk pengendali inflasi di daerah ini sebenarnya ada beberapa hal penting yakni sisi produksi dan distribusi. Kalau dari produksi ada permasalahan dan kesalahan, tentu dari sisi produksi yang berhubungan dengan ketahanan pangan, dan perikanan, juga bermasalah. Apabila terkendali dalam pasokan, diyakini inflasi bisa terkendali, itu dari sisi produksi dan berhubungan dengan iklim yang mempengaruhi faktor lainnya.
“Tapi juga inflasi kadang terjadi juga disisi distribusi, maka peran satgas pangan harus bertindak apabila disisi distribusi ini ada spekulan, katakanlah terjadi penimbunan barang hasil pertanian sehingga untuk mengambil keuntungan dari pihak-pihak tertentu dengan harga naik. Untuk itu satgas harus segera bertindak bila terjadi spekulan barang, yang menyebabkan harga jauh lebih tinggi di tingkat konsumen dari produsen, bisa mencapai 230 persen atau 2,3 kali dari harga produksi,” katanya.
Karena itu Gubsu berharap adanya peran dari produsen, distribusi dan satgas pangan, Bulog dan sisi iklim yang mempengaruhi.
Sementara Kepala Perwakilan BI wilayah Sumut Arief Budi Santoso mengatakan inflasi terbesar dipengaruhi oleh komoditi cabai yang membuat dinamikanya bergerak sangat tinggi.
“Hal ini juga dipengaruhi pasokan dan distribusi sehingga harga cabai merah mengalami kenaikan,” ungkapnya.