Medanaktual.com – Sebuah video yang memperlihatkan sejumlah guru SMP Negeri 15 Medan sedang berbicara mengenai intimidasi yang mereka alami dan penahanan gaji oleh kepala sekolah mereka telah menjadi viral. Dalam video tersebut, beberapa guru terlihat sedang menangis, sementara mereka memegang amplop.
Salah satu guru dalam video menjelaskan bahwa mereka telah dipanggil oleh Kepala Bidang (Kabid), namun menurut mereka, panggilan tersebut tidak memiliki dasar yang jelas. “Kami dipanggil oleh Pak Kabid, dan gaji kami ditahan, sehingga hingga saat ini kami belum menerima gaji,” ungkapnya.
Seorang guru bernama Cony Jeany Francis menyebutkan bahwa Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Medan, Tiurmauda Situmeang, telah menahan gaji guru-guru ini atas dasar sentimen pribadi. “Saya percaya bahwa tindakan ini dilakukan karena Ibu Tiurmauda memiliki sentimen pribadi. Dia mencari cara untuk menekan kami dengan menahan gaji,” ujar Cony kepada wartawan.
Selain itu, Cony juga mengungkapkan bahwa Tiurmauda kerap melakukan intimidasi terhadap guru-guru di depan murid dan orang tua siswa. Bahkan, Tiurmauda pernah memanggil pengawas dari dinas pendidikan secara tiba-tiba untuk mempermalukan para guru. “Kami dipermalukan, di depan siswa dan orang tua mereka, dengan kata-kata kasar, hinaan, dan ejekan,” tambahnya.
Selanjutnya, Tiurmauda juga diduga terlibat dalam penggelapan dana sewa kantin di sekolah. Menurut Cony, sebanyak enam orang telah menyewa kantin dengan harga Rp 7,5 juta per tahun, dengan total pendapatan Rp 45 juta. Namun, nasib uang sewa ini tidak diketahui oleh para guru. Cony mengklaim bahwa sebelumnya, manajemen uang sewa kantin diurus oleh koperasi sekolah yang berbadan hukum, dengan biaya harian sebesar Rp 25 ribu.
Wakil Kepala Sekolah SMPN 15 Medan, Suhartini, mengakui adanya keterlambatan pembayaran gaji. Suhartini menjelaskan bahwa keterlambatan ini disebabkan oleh urusan perpindahan tugas dan SK yang baru turun pada 1 September. Namun, ia tidak yakin apakah ini merupakan penyebab penahanan gaji oleh Tiurmauda.
Suhartini juga mengakui adanya intimidasi yang terjadi di sekolah tersebut, dan bahkan menyaksikannya sendiri. Dia pun mengundang pertanyaan kepada guru-guru yang menjadi korban intimidasi. “Intimidasi ini merugikan masing-masing guru yang merasakannya, dan kami juga melihatnya,” tambahnya.