Medan – Perenang pelajar Sumatera Utara M Aulya Anshori bertekad merebut medali emas di ajang Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) ke -IX/ 2019, di Jakarta. Atlet dengan klasifikasi S8 putra ini akan tampil di tiga nomor yakni nomor 50 meter gaya bebas dan punggung serta 100 meter gaya bebas.
Berlomba di kolam renang Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Kuningan Jakarta Selatan, pada Minggu (10/11) pagi, anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku ditargetkan medali perak oleh pelatih. Begitupun, Aulya bertekad bisa meraih medali emas di Peparpenas perdananya. Medali emas ada pada nomor spesialisasinya 50 meter gaya bebas dan punggung.
“Saya berharap sih di nomor 50 meter gaya bebas dan punggung karena memang itu yang diutamakan pelatih. Kalau dari pelatih gak muluk – muluk ya. satu perak dua perunggu mudah – mudahan tercapai. Cuma, kalau bisa emas kenapa tidak gitu,” ucap anak pasangan dari Surianto dan Nurul Rapika ini usai tes venue, Sabtu (9/11) pagi.
Tampil di event berskala nasional memang diakui pelajar kelas XI SMAN 13 Medan ini tentu menjadi tantangan tersendiri baginya. Tidak khayal, beban mental untuk bisa meraih prestasi terbaik bagi kontingen Sumut di Peparpenas kali ini juga menjadi tugas dan beban yang harus dicapai. Begitupun, Aulya tidak menganggap target medali menjadi beban, melainkan motivasi baginya untuk menjadi yang terbaik di nomor lomba yang ia ikuti.
“Pastinya ada beban dipundak karena mewakili provinsi juga. Karena gak semua atlet bisa berangkat mewakili Sumut. Mungkin dengerin musik biar supaya lebih rilek. Optimis besok medali untuk Sumut,” ucap Aulya.
Memiliki persiapan latihan selama 1 tahun lebih di daerah, juga menjadi modal bagus Aulya untuk bisa naik ke atas podium. Aulya bahkan sudah tidak sabar turun di perlombaan dan siap menggenggam keping medali. “Lebih kurang satu tahun tiga bulan saya latihan menuju Peparpenas ini. Persiapan cukup matang dan lumayan bagus. Mudah – mudahan bisa meraih hasil maksimal di peparpenas,” ucap anak pertama dari dua bersaudara ini.
Di sisi lain, atlet yang harus rela diamputasi kaki kirinya pada 2014 silam ini mengaku, saat ini perhatian pemerintah terhadap atlet difabel sudah sangat besar terutama untuk kesetaraan bonus dan kesejahteraan dengan atlet normal. Ini menjadi kondisi baik bagi atlet disabilitas untuk bisa hidup dengan menekuni profesi sebagai atlet.
“Saya lihat belakangan ini ya bang, terutama atlet – atlet disabilitas ini sudah mulai diperhatikan oleh pemerintah dan sepertinya tidak ada perbedaan dengan atlet normal umumnya. Mudah – mudahan ini terus berlanjut,” harapnya.
Di sisi lain, Aulya mengaku juga didukung penuh oleh kedua orang tuanya untuk berkecimpung menjadi atlet disabilitas. Bahkan, sang ayah rela mendampingi anaknya saat berlatih di daerah sebelum berangkat menuju sekolah.
“Orang tua terutama ayah dan ibu pasti sangat mendukung karena setiap pagi latihan enam kali ayah selalu ngantarin dan lanjut sekolah. Dari rumah setengah 5 dan bawa baju sekolah. Jadi ayah sangat dukung saya jadi atlet,” ucap pelajar yang dulu pernah bersekolah di SMPN 2 Medan dan SD Al Azhar Medan.
Sementara pelatih renang Sumut Badin mengatakan, saat ini kedua atlet dalam kondisi bugar dan siap berlomba. Badin optimis, meski tidak terlalu targetkan emas di peparpenas, namun dengan hasil latihan keras selama di daerah, bukan tidak mungkin baik Aulya dan Liliana bisa meraih medali emas. begitupun minimal dua atlet bisa meraih medali.
“Alhamdulillah, anak – anak dalam kondisi bagus. Kita harapkan mental dan kemauan mereka harus lebih lagi. Kita tidak muluk – muluk ya, tapi tetap berusaha untuk bisa meraih medali. kita prediksi perak dan perunggu pasti bisa. Insya Allah, kalau bisa emas luar biasa,” ucap Badin.
Pada Peparpenas 2019, Sumut berkekuatan dua atlet di cabang olahraga renang. Selain Aulya, Sumut juga diperkuat perenang putri Janesa Liliana di tuna rungu S15. Sementara kontingen Sumut pada Peparpenas 2019 diperkuat 20 atlet yang turun di lima cabang olahraga, yakni atletik, renang, Bocia, bulutangkis, dan catur.