Lubuk Pakam| Menang atau kalahnya suatu tim dalam pertandingan semifinal dunia persepak bolaan merupakan kewajiban, Jika kedua tim bermain draw sudah jelas pertandingan pertambahan waktu atau langsung tembakan finalti.
Yang tidak wajar jika pelaksanaan kepemimpinan wasit dan kedua hakim garis bersikap tidak fair play berpihak dengan satu tim. Berarti wasit dan kedua hakim garis baik langsung atau tidak langsung menodai pertandingan event yang terhormat Kompetisi piala Suratin di Indonesia, Dan Membunuh Atlet serta merusak pembinaan klub sepakbola di Indonesia. hal tersebut diharapkan jangan terjadi.
Demikian Ketua umum (Ketum) PSDS Deli Serdang H. Khairum Rizal.ST.MAP ketika dikonfirmasikan , seusai menemui anak binaannya pemain PSDS Jr di markas TC Cadika Pramuka Lubuk Pakam, Rabu malam (17/1O).
Sebagai mana laporan Ketua tim medis PSDS Deli Serdang dr Boby kepada Ketum PSDS didampingi Pelatih Kepala Drs. Nasib Iwan Cs, keseluruhan pemain PSDS Jr dalam kondisi sehat walafiat, terkecuali pemain handalan PSDS Jr yang kini sedang perawatan jalan di RSUD Deli serdang,akibat dadanya diterjang salah seorang pemain PS Keluarga USU Medan dipertandingan 8 besar.
Lebih lanjut Ketum PSDS Deli Serdang H. Khairum mengakui “Hidup ini tidak ada yang sempurna, dan wasit serta hakim garis bukanlah malaikat. Tetapi jika sikap tindakan tidak terpuji menguntungkan suatu tim dengan menghalalkan segala cara berkepihakan kepada satu tim. Berarti peranan wasil sangat tercela menari-nari diatas penderitaan sejumlah atlit dan pengurus PSDS serta pecinta sepakbola di Deli Serdang Sumatera Utara, dan membunuh prestasi atlit serta mencedrai klub persepak bolaan di Indonesia”, ucapnya melemparkan keraguan tehadap Wasit dan Kedua Hakim garis bisa terjadi di pertandingan semifinal dan pertandungan grand final Piala Suratin di Medan.
Dengan seriusnya Ketum PSDS Deli Serdang H. Khairum Rizal. ST.MAP membahas kepemimpinan wasit saat berlangsungnya pertandingan PSDS Jr versus PSSA Jr Asahan di Stadion Teladan Medan bisa saja terjadi. Ya…mudah-mudahan kecurigaan tersebut tidak terjadi. Jika kepempinan wasit dan kedua hakim garis tidak fair flay , ada kepentingan dengan salah sorang oknum berkompeten dikubu penyelenggara. Ini sama artinya membunuh atlit PSDS Jr yang setiap tahunnya menyumbangkan bibit atlet berprestasi memperkuat tim Merah Putih di PSSI pusat, ucapnya.
Legendaris PSSI
Sunardi yang kini berusia 78 tahun legendaris pemain nasional PSSI dekade tahun 196O sampai tahun 197O an, dibesarkan dari pemain gelandang tengah PSDS Deli Serdang dan memperkuat tim PSMS Medan hingga karirnya meroket membawa nama harum PSSI di manca negara, saat dikonfirmasikan seluler menyatakan.
“Kita tidak boleh berburuk sangka dengan kepemimpinan wasit dan hakim garis. Jika itu terjadi kepemimpinan wasit ataupun kedua Hakim garis bekerja sama melaksanakan tugasnya dengan sistem menghalalkan segala cara. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri wajib dicopot dan ditindak tegas, termasuk oknum siapapun yang bermain kotor sebaiknya ditindak tegas sesuai ketentuan yang berlaku”, tegasnya.
Dengan nada berlahan-lahan cukup jelas Legendaris pemain nasional PSSI Sunardi menyatakan. “Jika kepimpinan wasit main mata berkepihakan kepada satu tim, PSSI wajib segera menindak tegas sampai akar permasalahan. Jika PSSI pusat tidak mengambil tindakan tegas, kapan sepak bola Indonesia akan maju mendunia seperti tim asal Asia Korea dan Jepang. Bayangkan saja, lebih 2OO juta penduduk Indonesia tidak mampubersaing dipuncak prestasi tingkat Asia. Mungkin ini salah satunya penyebab adanya kepentingan-kepentingan pribadi yang dapat menghancurkan prestasi sepak bola di Indonesia sukar untuk maju.
“Ironisnya lagi, saya merasa sedih dan sangat prihatin dengan tim PSDS Deli Serdang dalam pertandingan kompetisi liga tiga PSSI di Stadion Baharoeddon Siregar Lubuk Pakam sekitar sepekan yang lalu. Saya bukan sok uzon, biar saya sudah kakek-kakek begini kedua mata saya masih tajam menyaksikan jalannya pertandingan PSDS Deli Serdang versus PS Solok Sumatera Barat berkesudahan O-O. Saya menilai pertandingan 😯 persen dikuasai pemain PSDS, namun setiap ada ruang tembak pemain PSDS ke daerah sasaran lawan, tetap diprikik oleh wasit. Tidak wasit meniup peluit, hakim garis pula yang mengibaskan bendera mini ditangannya”, ucapnya pula.
Legendaris pemain nasional Sunardi menyatakan, “Sebaiknya event kompetisi terhormat menjadi kelender PSSI Pusat, wajib diawasi oleh pengurus PSSI Pusat. Saya yakin Ketua umum PSSI Pusat Edi Ramayadi berkeinginan menyaksikan jalannya pertandingan kompetisi tersebut. Ya…kemungkinan Ketua umum PSSI Pusat Edi Ramayadi sedang sibuk dengan tugas barunya menjadi penguasa tugal di Sumut. Pridiksi saya jika Ketua umum PSSI pusat yang kini berdomisili di Medan, jika tidak ada kesibukan tygasnya, ada niat untuk menyaksikan jalannya pertandingan Semifinal dan pertandingan final kompetisi Piala Suratin zona Sumatera Utara di Stadion Teladan Medan. Saya berkeyakinan jika Ketua umum PSSI Pusat menyaksikan jalannya pertandingan tersebut, wasit akan melaksanakan tugasnya lebih baik seperti yang diharapkan.(Sft).