Medan – KONI Medan akan kembali menggelar Pekan Olahraga Kota (Porkot) pada Sabtu 24 November mendatang. Even ke-10 itu diharapkan terus melahirkan juara baru dan menjadi cikal bakal atlet nasional.
“Setiap porkot muncul juara baru. Ini membuktikan kalau Porkot setiap tahunnya ditunggu dan diikuti dengan serius oleh para atlet,” ungkap Ketua Umum KONI Medan Drs Eddy H Sibarani kepada wartawan, Rabu (21/11).
Selama satu dasawarsa, Porkot telah melahirkan atlet-atlet berprestasi baik di level nasional maupun internasional. Bahkan para atlet Kota Medan yang saat ini di puncak karirnya, umumnya lahir dan pernah juara di Porkot. “Seperti juga Lindswell pewushu juara Asian Games dan juara dunia bisa dikatakan lahir dari Porkot pertama. Seluruhnya atlet-atlet Medan sekarang main dari Porkot,” tegasnya.
Porkot 10 punya misi yang sama dengan Porkot sebelumnya yakni Dalam rangka mencari potensi dan menggali bibit baru. Kemudian Mengevaluasi sejauh apa perkembangan atlet binaan dan mensosialisasikan ke masyarakat bahwa olahraga sangat penting.
Tahun ini sedikit berbeda dari sisi peserta karena 14 cabor tidak dipertandingan agar tetap fokus Porprovsu. Para atlet di 14 cabor tersebut diharapkan bisa fokus demi mempertahankan juara umum dan meningkatkan perolehan medali.
Ketua Panpel HT Daniel Mozard menyebutkan, Porkot X 2018 akan dibuka walikota Medan pada 24 November 2018 di Gelanggang Remaja Medan. Kegiatan yang akan berlangsung hingga 1 Desember ini, melibatkan 2620 atlet dan 748 offisial.
Mereka akan mengikuti pertandingan 19 cabor dengan lebih dari 400 lebih nomor lomba.
Pembukaan diwarnai dengan hiburan dan lucky draw dengan hadiah utama sepeda motor honda
Cabor Baru
Tahun ini, ada tiga cabor baru yang akan dimainkan di Porkot yakni Cricket, arung jeram, muaythai.
Alasannya masuk karena sudah dimainkan secara eksebishi pada PON 2016 di Jabar. Selain itu. Eddy juga menilai ketiga cabor itu sudah berkembang di masyarakat. “Bahkan cricket sudah ada di 17 kecamatan,” ujar Eddy.
Atas dasar pemassalan ini pulalah KONI Medan ‘mendepak’ Cabor Bridge dari arena Porkot. Sementara tarung drajat tidak dimainkan karena alasan organisasi. “Bridge perlu pembinaan karena selama diikutkan sejak Porkot I, dinilai tidak berkembang,” tegasnya.