Tanjung Balai – Razia Penyakit Masyarakat (Pekat) yang dilaksanakan Dinas Sosial Kota Tanjungbalai dinilai ecek-ecek dan dituding hanya untuk menghabiskan anggaran pemerintah. Tudingan itu sesuai amatan beberapa wartawan yang ikut serta kelapangan memantau pelaksanaan razia tersebut, Rabu (1/5) sekira pukul 01.00 dini hari.
Dari pantauan wartawan, puluhan petugas razia Pekat yang dipimpin Dinsos Tanjungbalai, dibantu aparat dan Satpol PP setempat hanya merazia beberapa penginapan yang ada didaerah tersebut. Seperti, 3 penginapan di Batu 7 Terminal Tanjungbalai diantaranya Penginapan Sitinjak, Bersama dan penginapan Sibidan.
Dan disekitar Jalan Alteri Tanjungbalai, petugas hanya merazia 1 Kos kosan dan 1 Penginapan Kolam Pancing. Sementara didaerah kompleks Terminal hingga seputaran Kota Tanjungbalai masih banyak penginapan, kos kosan dan hotel kelas melati yang sering digunakan sebagai tempat maksiat.
Ironisnya, informasi terkait razia itu diduga telah bocor terlebih dahulu sehingga lokasi penginapan dan kos kosan yang diduga tempat maksiat sudah didapati kosong. Alhasil, pihak Dinsos hanya merazia 9 orang yang terdiri 6 perempuan, 3 laki-laki.
“Kita selaku wartawan yang juga sebagai control sosial kecewa melihat pelaksanaan razia yang dilaksanakan Dinsos Tanjungbalai kali ini. Lokasi yang dirazia terkesan tebang pilih serta tidak merata dan hanya sebagian kecil lokasi tempat maksiat yang dirazia. Lebih banyak tempat lain yang tidak dirazia. Oleh karena itu, kita melihat razia ini seperti ecek ecek dan hanya formalitas saja untuk menghabiskan anggaran, ” Rezen Silaban wartawan harian SIB dan senada dengan Saufi Simangunsong wartawan TVRI usai razia.
Penilaian serupa juga dikatakan Muhammad Gani, wartawan Metro Asahan yang merasa razia Pekat tersebut hanya untuk formalitas dinas tersebut. “Saya juga merasa bahwa pelaksanaan razia kali ini ecek-ecek dan tidak sesuai harapan kita selaku masyarakat yang juga insan pers sebagai control sosial atas pemerintahan di Tanjungbalai ini, ” ujarnya.
Menanggapi tudingan itu, Kadis Sosial M. Idris melalui Kabid Rehabilitasi Sosial Evan Feris, bungkam saat dimintai wartawan keterangannya usai razia terkait hal tersebut. Namun dirinya berdalih bahwa razia itu merupakan kegiatan rutin Dinsos yang dilaksanakan tiga kali selama setahun
“Razia ini merupakan kegiatan rutin 3 kali dalam setahun. Sebanyak 5 pasang berhasil kita razia.” ucap Evan yang kemudian langsung bungkam tanpa kata kata saat wartawan mempertanyakan besaran anggaran pelaksanaan razia yang dinilai ecek ecek sehingga terkesan hanya untuk menghabiskan anggaran pemerintah.(SED)