MedanAktual – Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Naik pada pekan ini ke level Rp 1.850 per kg dibandingkan sebelumnya sebesar Rp 1.800 per kg.
Naiknya harga patokan tersebut membuat petani semakin optimis harga TBS bisa di atas Rp 2.000 per kg tahun ini. Terlebih produksi TBS juga mulai mengalami peningkatan.
“Harga TBS terus menunjukkan tren yang membaik. Di pertengahan Agustus, harganya di kisaran Rp 1.400 hingga Rp 1.500 per kg. Lalu di akhir Agustus naik ke Rp 1.600 per kg. Sejak awal bulan Sepmber terus naik. Tentu petani berharap harga naik terus dan bisa di atas Rp 2.000 per kg,” kata Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) Simalungun Kamaludin Purba, Selasa (4/10).
Dikatakannya, tanaman-tanaman kelapa sawit berumur 8-10 tahun dan sudah termasuk kategori rendah dengan produksi TBS 1,5 ton per hektare, memang sudah masuk dalam program replanting melalui dana Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). Sementara yang masuk kategori bagus, produktivitasnya bisa 12 ton TBS per hektare per tahun.
Sekjen DPP Apkasindo Asmar Arsyad mengatakan, komitmen pemerintah dalam menggenjot program biodiesel memang menjadi salah satu pendorong harga TBS. Karena ekspor CPO juga belum membaik sehingga serapan dalam negeri-lah yang diharapkan bisa mendorong harga TBS.
“Serapan untuk program biodiesel memang diharapkan terus meningkat. Sehingga tidak lagi hanya mengharapkan ekspor untuk mendorong harga TBS. Karena hingga kini, permintaan juga belum membaik dan harga sulit naik di kondisi seperti ini. Sehingga lokal-lah yang diharapkan bisa menyerap TBS,” katanya.
Harga TBS yang terdorong serapan lokal, memang terlihat dari harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di pasar internasional yang terus merosot. Selama sepekan terakhir, harga CPO anjlok dari posisi US$ 582 per metrik ton menjadi US$ 527 per metrik ton saat ini.
Padahal di sisi lain, harga minyak mentah dunia justru mengalami kenaikan dalam sepekan terakhir. Harga minyak mentah terus merangkak naik mendekati US$ 50 per barel saat ini. Begitupun, fluktuasi harga CPO yang terjadi sepekan terakhir terbilang sangat wajar. Mengingat ada sejumlah masalah pada sisi pasokan akibat cuaca yang buruk.
“Produktivitas sawit yang turun memang masih akan sangat mendukung terciptanya potensi kenaikan harga meskipun saya pikir sulit untuk menguat secara konsisten hingga akhir tahun,” kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin.
Intensitas hujan yang tinggi ditambah musim kering yang sempat datang lebih cepat di awal tahun membuat sisi persediaan menurun dan sempat membuat lonjakan harga CPO sebelumnya. Flukstuasi harga CPO saat ini sulit untuk dijadikan indikator penguatan harga CPO untuk jangka waktu yang lebih lama.
Gunawan mengatakan, apa yang terjadi saat ini justru menjadi semacam acuan harga semu. Karena secara fundamental, CPO belum sepenuhnya didukung tren permintaan yang membaik. Semuanya masih dimotori oleh sentimen sesaat. Mulai dari fluktuasi harga komoditas dunia maupun pergerakan mata uang. (medanbisnis)