Lahir di tengah perang, orangtua dari kembar siam Abdul-Khaliq dan Abdul-Rahim khawatir hanya satu dari buah hatinya yang akan bertahan hidup. Tak itu saja, dokter mengatakan mereka membutuhkan perawatan medis di luar negeri.
Si kembar, Abdul-Khaliq dan Abdul-Rahim yang lahir pada bulan Januari lalu di Yaman hanya memiliki satu tubuh, kondisi yang dikenal dengan parapagus dicephalus. Kelahiran langka ini tidak memberi banyak harapan untuk hidup bayi.
Dikutip dari DailyMail, Selasa (5/2/2019) sejak dilahirkan keduanya bertahan di hari-hari pertamanya dalam inkubator di ruang perawatan intensif RS Al-Thawra, Sana’a. Dokter memperkirakan kesehatan mereka akan menurun kecuali dipindahkan ke rumah sakit yang lebih layak.
Orangtua bayi kembar siam sendiri berasal dari pedesaan di pinggiran ibu kota Yaman. Sang ayah, Akram Ali Ahmed (20) mengaku tidak ingin buah hatinya dipisahkan. Ia berharap tidak ada di antara mereka harus dikorbankan demi yang lain.
“Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada anak-anakku. Aku tidak ingin mereka dipisahkan atau salah satu meninggal demi yang lain. Aku ingin mereka berdua dalam satu tubuh. Aku ridha dengan apa yang telah Tuhan berikan,” katanya.
Kepala departemen anak-anak rumah sakit, Faisal Al-Babli mengatakan, si kembar cukup stabil sejauh ini. Namun ia memprediksi kondisi akan berubah karena rumah sakit memerlukan dana dan bantuan untuk memindahkan anak-anak ke luar Yaman.
“Kemampuan medis di sini sangat buruk, terutama mengingat perang yang sedang berlangsung dan para dokter khawatir bayi-bayi itu tidak akan bertahan,” unagkapnya. Al-Balbi juga mengatakan, si kembar lahir dalam satu tubuh dengan dua kepala, dua hati, dua paru-paru, dua perut dan dua tulang punggung. Mereka hanya berbagi panggul dan anggota tubuh dari dua tangan dan dua kaki.
Prevalensi kembar siam menurut American Journal of Medical Genetics diperkirakan satu dari 50.000 – 100.000 kelahiran. “Kami sedang mencari dana dan bantuan agar dapat menyediakan layanan kesehatan yang sesuai untuk status kesehatan mereka yang sangat kritis, juga memindahkan mereka dari Yaman,” katanya. Ia berharap organisasi internasional ikut peduli untuk membantu menyelamatkan bayi berkepala dua ini.
Yaman saat ini dicengkeram perang saudara antara pemberontak Houthi yang menguasai ibu kota dan loyalis pemerintah yang didukung pasukan internasional. Pertempuran telah membawa krisis kemanusiaan paling buruk di wilayah Timur Tengah tersebut karena persediaan medis dan makanan yang langka.
Sementara itu, kembar dicephalic yang berbagi panggul tercatat mampu mencapai usia dewas. Tetapi dengan catatan tanpa komplikasi yang terkait dengan jantung, paru-paru dan formasi usus. Dalam beberapa kasus, kembar siam dapat dipisahkan, tapi keberhasilannya bergantung pada organ mana yang dibagikan dan keterampilan ahli bedah yang menangani. Bayi kembar siam parapagus dicephalus lainnya lahir tahun 1009 di Amerika dengan nama Abby dan Brittany Hensel.